Jumat, 08 November 2019

Contoh Soal TAP B. Indonesia II dan IPA 6 beserta Pembahasan

Kasus I
Bu Sinta guru kela II SD Metropolis yang sudah mengajar selama 2 tahun. Suatu hari dalam pelajaran bahasa Indonesia, Ibu Sinta akan mengajarkan anak-anak untuk mendeskripsikan berbagai macam benda. Pelajaran dimulai dengan menanyakan kepada anak-anak apakah mereka tahu boneka? Secara serentak anak-anak menjawab "Tahu Bu.." Kemudian Ibu Sinta menyuruh anak-anak menceritakan apa yang diketahuinya tentang boneka "Rambutnya pirang" Jawab Nia. "Kulitnya Putih" Jawab Tari. "Bonekaku kulitnya hitam" sanggah Dian. Setelah beberapa anak menjawab, Ibu Sinta menuliskan 10 jenis benda di papan tulis, yaitu: obat, nasi, baju, sepeda, sepatu, uang, bunga, meja, gelas dan rumah.
Ibu Sinta :"Coba tuliskan di bukumu apa yang kamu ketahui tentang setiap benda ini."
Ibu Sinta memandang anak-anak sejenak, kemudian berkata "Mengerti anak-anak?
Mengertii... (jawab anak-anak serempak)

Anak-anak berusaha menuliskan apa yang diketahuinya tentang benda-benda tersebut. Setelah selesai, Ibu Sinta menyuruh satu orang anak untuk membacakan apa yang ditulisnya. Mendengar hasil pembacaan tadi, Ibu Sinta sangat kecewa tetapi mencoba menahan diri.

Dengan suara tidak bersahabat anak yang membaca tadi disuruh duduk, dan semua anak disuruh mengumpulkan pekerjaannya. Kekecewaan Ibu sinta menjadi-jadi setelah melihat tulisan anak-anak secara keseluruhan. Deskripsi yang dituliskan anak-anak sangat singkat, sebagain besar hanya terdiri dari satu kata, bahkan banyak yang kosong. Ibu Sinta tidak bisa membayangkan mengapa ketika mendeskripsikan boneka, anak-anak dapat memberikan jawaban yang beraneka ragam, tetapi setelah diminta menuliskan deskripsi secara sendiri-sendiri, hasilnya sangat mengecewakan.

PERTANYAAN
  1. Identifikasikan satu hal positif dan satu hal negatif yang dilakukan oleh ibu Sinta dalam pembelajaran di atas. Beri alasan mengapa hal tersebut anda anggap positif dan yang satu lagi anda anggap negatif.
  2. Mengapa anak tidak dapat mendeskripsikan benda-benda tersebut dengan baik? Jelaskan jawaban anda dengan contoh yang diambil dari kasus diatas.
  3. Jika anda akan mengajarkan anak-anak kelas II SD untuk mendeskripsikan berda tertentu, media/alat bantu apa yang seyogiyanya anda gunakan? Berikan alasan mengapa anda memilih media/alat tersebut.
  4. Susunlah rancangan langkah-langkah kegiatan yang akan anda tempuh dalam pembelajaran mendeskripsikan tersebut dengan menggunakan media/alat bantu yang anda piih pada butir 3. Langkah kegiatan terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Beri alasan mengapa anda merancang langkah-langkah tersebut. 
Alternatif Jawaban Kasus 1

1. Kegiatan positif beserta alasannya
a. Melakukan apersepsi pada kegiatan awal pembelajaran
Menurut Gagne dan Briggs, guru harus melakukan apersepsi pada kegiatn awal pembelajaran. Hal ini dilakukan untuk membangkitkan motivasi dan perhatian siswa dalam kegiatan pembelajaran.

b. Objek yang dijadikan contoh pada apersepsi, diakrabi anak-anak atau berada pada dunia anak.
Menurut David Ausubel, pelajaran akan bermakna jika siswa mampu menghubungkan informasi atau materi pelajaran baru dengan konsep atau hal-hal lainnya yang ada dalam struktur kognitif siswa.

Kegiatan negatif beserta alasannya

a. Tidak menghadirkan objek konkret untuk bahan deskripsi
Menurut Jean Piaget, anak usia 7-11 tahun berada pada tahap perkembangan operasional konkret. Pada masa ini yang dapat dipikirkan oleh anak hanya terbatas pada benda-benda konkret yang dapat dilihat atau diraba.

b. Tidak memberi contoh bagaimana cara mendeskripsikan yang benar
Dengan diberikan suatu contoh yang benar jawaban siswa akan terpola, terfokus dan sistematis.

c. Tidak memberikan penguatan pada respon positif siswa yang diberikan sebagai tanggapan terhadap pertanyaan yang diajukan guru.
Pemberian penguatan yang hangat, antusias dan tepat waktu akan bermakna pada siswa, siswa menjadi termotivasi dan akan cenderung mengulangi perlakuan yang diharapkan tersebut.

2. Alasan anak tidak bisa mendeskripsikan beserta alasannya.
a. Kemampuan anak menuangkan gagasannya kedalam bentuk tulisan masih kurang, atau dengan kata lain kemampuan anak dalam menulis masih lemah.
  • Hal ini terbukti ketika mereka mendeskripsikan secara lisan mampu, tetapi ketika ditugasi kedalam bentuk tulisan, mereka tidak bisa menuangkannya.
b. Objek yang harus dideskripsikan kurang diakrabi anak dan berbentuk bervariasi.
  • Objek seperti uang, rumah, batu, gelas, meja dan lain-lain kurang diakrabi anak selain itu bentuknya juga bervariasi yang memungkinkan anak sulit mendeskripsikan. Misalnya obat, obat banyak macamnya ada tablet dan cair, tabletpun bisa kapsul, ada tablet biasa dengan bentuk yang beragam.
c. Objek yang harus dideskripsikan tidak dihadirkan dalam bentuk nyatanya.
  • Bu Sinta hanya menuliskan objek-objek yang harus dideskripsikan, tanpa menghadirkan objek nyatannya, jelas ini sangat menyulitkan anak dalam mendeskripsikannya. Seperti kata Kohlberg dan Gillingan "yang paling utama penyebab terjadinya kesulitan belajar anak di SD adalah karena adanya upaya mengajarkan materi yang abstrak kepada anak yang masih berada pada masa operasional konkret.
3. Benda-benda yang diakrabi dan menarik bagi anak
Dengan menggunakan alat peraga seperti itu anak akan menjadi mudah dalam belajar dan motivasi mereka akan meningkat. Hal itu sejalan dengan pendapat David Ausubel dan Jeremi Burner. Menurut David Ausubel "Pelajaran akan bermakna jika siswa mampu menghubungkan informasi atau materi pelajaran baru dengan konsep atau hal-hal lainnya yang sebelumnya sudah ada dalam struktur kognitif anak." Menurut Bruner "Motivasi intrinsik itu telah dimiliki siswa, yaitu sifat mengingat secara alamiah. Mereka akan memiliki daya kompetensi dalam belajar bila mereka menjadi tertarik pada apa yang mereka pelajari. sulit memotivasi siswa terhadap apa yang tidak mereka senangi."

4. Langkah-langkah perbaikan

a. Kegiatan awal
  • Menyiapkan alat peraga yang digunakan yaitu boneka, balon, jeruk, apel.
  • Menyiapkan lembar kerja siswa.
  • Melakukan apersepsi untuk membangkitkan motivasi dan perhatian siswa dalam kegiatan pembelajaran. Misalnya dengan bertanya pada siswa apakah mereka tahu boneka. kemudian mereka disuruh menceritakan apa yang diketahuinya tentang boneka. Selanjutnya guru memberikan penguatan terhadap respon positif yang diberikan siswa.
  • Guru membagi siswa kedalam kelompok dengan anggota 3 atau 5 orang.
b. Kegiatan inti
  • Guru menyampaikan tujuan pembelajaran khusus kepada siswa
  • Guru mengingatkan dan sedikit mengulas kompetensi prasyarat dalam hal ini pengertian mendeskripsikan yang sudah di pelajari sebelumnya.
  • Menyampaikan alternatif pembelajaran yang akan ditempuh siswa, bahwa mereka akan ditugasi untuk mendeskripsikan benda-benda yang dibawa guru dalam kelompok kerja.
  • Guru menampilkan satu contoh benda yang dibawa misalnya boneka, dengan cara melibatkan siswa, guru memberikan contoh mendeskripsikan yang benar.
  • Selanjutnya secara berkelompok mendeskripsikan benda-benda yang dipasang di depan kelas kedalam lembar kerja siswa. 
  • Setelah selesai, masing-masing kelompok, diminta mendeskripsikan hasil kerjanya, kelompok lainnya dirugasi untuk menyanggah atau memberi komentar.
  • Guru juga melaksanakan penilaian proses di sela-sela penyampaian materi.
  • Selanjutnya hasil pekerjaan siswa dikumpulkan dan dievaluasi
  • Guru melakukan tes formatif
c. Kegiatan akhir (penutup)
  • Melakukan umpan balik
  • Menyimpulkan materi pelajaran yang telah disampaikan
  • Melaksanaka penilaian hasil
  • Melaksanakan tindak lanjut kegiatan pembelajaran
  • Mengemukakan tentang topik yang akan dibahas pada waktu yang akan datang.
  • Menutup kegiatan pembelajaran.
Alasan mengapa merancang pembelajaran seperti itu.
  1. Pembelajaran sesuai dengan perkembangan kognitif anak SD. Menurut Piaget, anak SD umumnya berada pada tahap perkembangan operasional konkret. Mereka akan lebih cepat belajar dan menyerap informasi, jika informasi dikemas secara konkret.
  2. Pembelajaran sesuai dengan karakteristik anak SD. Menurut Robert J. Havighurt, anak SD memiliki 4karakteristik senang bermain, bergerak, belajar dn bekerja dalam kelompok, dan senang melaksanakan atau melakukan atau meragakan sesuatu secara langsung. Karakteristik ini membawa implikasi bahwa guru harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur permainan di dalamnya, anak bergerak dan berpindah tempat, serta anak terlibat langsung dalam pembelajaran dan penemuan informasi.
  3. Sesuai dengan teori belajar konstruktivisme, bahwa pengetahuan bukan seperangkat fakta atau konsep yang harus diterima, tetapi sesuatu yang harus dirancang bangun atau dikonstruksi sendiri oleh siswa. Menurut Zahorik, pembelajaran akan bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya bukan mengetahuinya.
  4. Jumlah anggota kelompok 3 atau 5 sesuai dengan pendapat Howar, "untuk kegiatan-kegiatan semacam riset yang akhirnya siswa harus membuat laporan dan menyajikan laporan di kelas, Howar menyarankan sebaiknya terdiri dari 3 atau 5 orang agar dapat bekerja secara efektif. Lebih lanjut dia juga menyarankan jumlah anggota sebaiknya ganjil, jangan genap sehingga kalau suatu saat terjadi konflik dapat diatasi dengan voting dalam penyelesainnya, selain itu jumlah gasal memungkinkan siswa tidak ngobrol secara berpasangan karena ada satu orang yang akan tidak kebagian pasangan.